Sejarah pertambangan bisa dilacak mundur setua peradaban manusia itu sendiri.
Satu fakta yang mudah dipahami. Manusia memerlukan bahan mentah untuk membuat bermacam perkakas sebagai penunjang kehidupan.
Sesuai sifatnya, bahan mentah adalah bahan dasar yang tidak dapat diciptakan. Material ini mesti diekstrak dari alam yang hanya bisa didapatkan melalui 2 cara: menanam dan menambang.
Bukti adanya tambang yang diusahakan manusia dapat dilacak sampai sejauh 3000-1900 sebelum masehi dengan ditemukannya sisa-sisa sebuah tambang hematit (bahan dasar besi) di daerah Flint.
Bukti lain adalah tiga lempengan timah dengan variasi berat antara 37-78 kg yang diperkirakan dicetak pada jaman Romawi yang ditemukan di Matlock, Inggris.
Lempengan ini ditemukan dekat tungku peleburan tua, hanya beberapa sentimeter dibawah permukaan tanah. Terdapat ukiran tulisan di lempeng timah tersebut dengan bunyi:
L(uci) Aruconi Verecundi metal(li) Lutud(arensis), yang artinya ‘Produk Lucius Aruconius Vericundus dari tambang Lutudarensian’.
Vericundus adalah nama seorang penyewa tanah di daerah Derbyshire. Sedang Lutudarum diduga sebagai suatu daerah yang menjadi pusat tambang di daerah Derbyshire yang lokasi pastinya tidak diketahui.
Begitulah, dari masa yang lama itu, tambang terus berkembang melewati rentang waktu yang panjang. Dari hanya menggunakan alat bantu amat sederhana hingga teknologi modern yang dikenal sekarang. Dari tambang purba di Inggris yang luasnya hanya beberapa meter persegi hingga bukaan raksasa tambang Grasberg di Papua.
Semua menjadi niscaya karena cara manusia mendapatkan material dasar sebagai bahan baku pembuat perkakas tetaplah sama: menanam dan menambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar